Tingkat keberhasilan bayi tabung sangat menggelitik untuk
dicermati. Bagi pasien jelas hal ini menimbulkan rasa penasaran yang luar
biasa. Tidak mengherankan jika masalah tersebut sering kali diutarakan pasien
sebelum mereka memutuskan menjalani proses bayi tabung.
Ketika Louise Brown, bayi tabung yang pertama lahir pada
tahun 1978, tingkat keberhasilan bayi tabung hanya mencapai 1% saja. Namun
seiring dengan kemajuan teknologi, tingkat keberhasilannya semakin meningkat.
Di Indonesia saat ini, tingkat keberhasilan bayi tabung sudah mencapai 40%
dengan angka kelahiran hidup sebesar 25%. Menurut Prof. Soegiharto Soebijanto,
ahli kandungan dari RSCM Jakarta, faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan bayi tabung adalah usia isteri. Misalnya,
seorang isteri yang berusia 40 tahun ketika distimulasi hanya akan menghasilkan
beberapa sel telur dengan kadar estradiol dan angka implantasi yang rendah.
Seiring dengan bertambahnya usia isteri, jumlah folikel antral (gelembung yang
berisi sel telur) di indung telur memang cenderung mengalami penurunan.
Akibatnya, ketika terjadi kehamilan akan berisiko menimbulkan banyak gangguan
seperti abortus ataupun kelainan kromosom.
Adapun menurut Cathy Allen dari Rotunda Hospital di Dublin,
Irlandia, keberhasilan bayi tabung bisa ditentukan dari tes darah. Berdasarkan
penelitian yang ia lakukan bersama timnya, pola ekspresi darah pada tingkat 200
menjadi indikator gen yang menentukan sukses atau tidaknya program bayi tabung.
Ia juga menambahkan, bagi seorang isteri yang akan menjalani proses bayi tabung
sebaiknya melakukan tes darah terlebih dahulu. Hal ini bisa membantu untuk
menentukan apakah proses bayi tabung bisa dilanjutkan ataukah tidak. Jika
tanda-tanda peluang kehamilan ternyata kecil, maka proses bayi tabung bisa
dibatalkan.
Keluarga Dicky di Pekanbaru adalah salah satu pasutri yang
memiliki pengalaman bayi tabung. Pada waktu itu pernikahannya telah memasuki
tahun yang ketiga. Di luar dugaan, di tubuh isterinya ditemukan endometriosis.
Beruntung isterinya bisa sembuh. Namun selama sebelas tahun pernikahannya,
Dicky dan isterinya tidak kunjung mendapatkan keturunan. Berbagai upaya mereka
tempuh agar bisa segera memiliki keturunan. Tapi belum juga kunjung berhasil.
Setelah sekian lama berkonsultasi dengan dokter serta
pertimbangan umur keduanya yang hampir mencapai empat puluh tahun, akhirnya
pasangan tersebut memilih untuk mengikuti program bayi tabung. Prosedur
pelaksanaan bayi tabung pun akhirnya dimulai. Saat pertama kali menjalani
program tersebut sempat membuat isteri Dicky stress. Dicky terus memotivasi
isterinya. Entah program tersebut gagal ataupun berhasil, yang penting mereka
sudah berusaha. Dan sungguh luar biasa. Program bayi tabung yang mereka jalani
pun membuahkan hasil. Isteri Dicky akhirnya hamil.
Pengalaman bayi tabung juga pernah dirasakan keluarga Andi.
Ia dan isterinya memutuskan mengikuti program bayi tabung setelah berbagai
upayanya untuk mendapatkan keturunan akhirnya gagal. Keduanya telah menjalani
program bayi tabung sebanyak dua kali. Yang pertama mengalami kegagalan karena
isterinya keguguran ketika usia kandungannya menginjak lima setengah bulan.
Beruntung pada proses yang kedua ini program bayi tabung yang mereka jalani
menuai keberhasilan.
Ingin punya bisnis sendiri?
Ingin punya penghasilan
tambahan?
Yang satu ini bisa dikerjakan dari rumah atau dari mana pun saja!
0 komentar:
Posting Komentar