Inggris merupakan negara yang menjadi tonggak awal sejarah bayi tabung di dunia . Di sanalah sejumlah dokter untuk pertama kalinya menggagas pelaksanaan program bayi tabung. Bayi tabung pertama yang berhasil dilahirkan dari program tersebut adalah Louise Brown yang lahir pada tahun 1978.
Sejarah bayi tabung ini berawal dari upaya untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan. Sebelum program bayi tabung ditemukan, inseminasi buatan dikenal sebagai metode untuk menyelesaikan masalah tersebut. Inseminasi buatan dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim isteri dengan menggunakan bantuan alat suntik. Dengan cara ini sperma diharapkan mudah bertemu dengan sel telur. Sayangnya, tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya sebesar 15%
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak.
Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan
dunia kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus
berlanjut. Jika selama ini masyarakat hanya mengenal satu teknik proses bayi
tabung secara IVF, maka sekarang telah muncul bermacam-macam bayi tabung dengan
menggunakan teknik baru yang semakin canggih daripada teknik sebelumnya. Di
antaranya adalah Partial Zone Dessection (PZD) dan Subzonal Sperm Intersection
(SUZI). Teknik PZD dilakukan dengan menyemprotkan sperma ke sel telur dengan
membuat celah pada dinding sel telur terlebih dulu agar memudahkan kontak
antara sperma dengan sel telur. Sedangkan pada teknik SUZI, sperma disuntikkan
secara langsung ke dalam sel telur. Hanya saja dari sisi keberhasilan, kedua
teknik ini dianggap masih belum memuaskan.
Macam-macam bayi tabung selanjutnya adalah dengan
menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ini sangat
sesuai jika diterapkan pada kasus sperma yang mutu dan jumlahnya sangat minim.
Jika pada teknik IVF konvensional membutuhkan 50 ribu-100 ribu sperma untuk
membuahi sel telur, maka pada teknik ICSI hanya membutuhkan satu sperma dengan
kualitas bagus. Dengan bantuan pipet khusus, sperma kemudian disuntikkan ke
dalam sel telur. Langkah selanjutnya juga serupa dengan teknik IVF
konvensional.
Menurut dr. Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim
unit infertilitas Melati, RSAB Harapan kita, di Indonesia program bayi tabung
dengan menggunakan teknik ICSI sudah mulai dilakukan sejak tahun 1995. Dengan
pemakaian teknik tersebut, keberhasilan bayi tabung bisa mencapai 30%-40%.
Sejarah bayi tabung nampaknya tidak akan berhenti sampai di
sini. Dunia kedokteran akan terus berusaha mengembangkan berbagai penelitian
hingga didapatkan teknik bayi tabung yang bisa memberikan tingkat keberhasilan
yang paling memuaskan.
0 komentar:
Posting Komentar