Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara
tidak alami. Artinya, proses pembuahan dilakukan secara buatan. Metode
pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya
dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain
dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann menghimbau
komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun
penelitian data secara sistimatis.
Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah
meningkatnya jumlah cacat bawaan tersebut memang murni dampak bayi tabung
ataukah faktor lainnya. Tetapi yang pasti, kasus cacat bawaan memang banyak
ditemukan pada pembuahan buatan dibandingkan dengan pembuahan alami. Artinya,
dampak bayi tabung memang berisiko menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat
bawaan ini mencakup cacat yang terlihat maupun yang tidak, semisal kelainan
pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.
Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir
kembar. Pada proses bayi tabung, pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel
telur sekaligus. Dari beberapa sel telur tersebut kadang-kadang berkembang
secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi kehamilan kembar yang bisa
lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus berkembang di
dalam rahim akan semakin sedikit.
Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui
adalah efek samping bagi ibu dan anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu
ovulasi yang digunakan selama proses bayi tabung. Selain itu, proses bayi
tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat tahap pengambilan sel telur
(Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi, namun penggunaan jarum
khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses pengambilan sel telur, tetap membuka
peluang terjadinya pendarahan.
Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di
luar kandungan (kehamilan ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu
terserang infeksi, rhumatoid arthritis (lupus), serta alergi; mengalami risiko
keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS).
OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel telur sehingga dihasilkan
banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut. Cairan ini
bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa
mengganggu fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya
OHSS relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.
Dampak bayi tabung serta program bayi tabung sendiri memang
sesuatu yang dilematis. Di satu sisi program bayi tabung memang bisa membantu
pasutri yang sulit mempunyai momongan akibat gangguan kesuburan. Namun di sisi
lain, segala risiko yang harus dihadapi pasien adalah suatu pilihan yang sulit
dihindari. Belum lagi tingkat keberhasilan pembuahan buatan juga relatif kecil.
Hanya 40% pasien yang sukses mendapatkan kehamilan. Apalagi sukses kehamilan
yang bisa mengantarkan hingga bisa melahirkan anak semakin kecil
kemungkinannya, yakni sebesar 15%.
Ingin punya bisnis sendiri? Ingin punya penghasilan tambahan?
Yang satu ini bisa dikerjakan dari rumah atau dari mana pun saja!
Silahkan KLIK GAMBAR untuk Mendaftar,,
0 komentar:
Posting Komentar